Hikayat Ramadan di Relung Sepi Taukong
Oleh: Egi Amin Dari episentrum Mandar di muara sungai Tinambung aku mulai menghitung jarak. 1,2, 3 ... dan 175 kilometer ke utara. Dari sanalah di kaki gunung Tandeallo suasana petang mulai menyebar ke seantero relung senja, menyapa mayapada yang diterpai angin sepoi basah. Aliran sungai Batupiring yang jernih itu masih setia. Suara gemericik air yang semakin jelas terdengar. Dan rintik hujan kecil yang turun membasahi bumi baru saja berlalu, mengundang segala bentuk kehidupan di sekitar untuk bergembira. Ramadan telah datang ! Di sebuah rumah panggung yang tak jauh dari aliran sungai itu, anak-anak kecil bersorak-sorai dengan gembira. Mereka sudah menunggu-nunggu momen istimewa ini sejak lama. Momen di mana bulan Ramadan datang dan semaraknya suasana. Aku sendiri hanya bisa menatap, mematung. Membayangkan sesosok wajah ibu dari jendela bilik. Ibu yang selalu ada di setiap momen Ramadan, memberikan semangat dan kebahagiaan bagi keluarga sederhana kami. Aku teringat dengan ayah. Yang pu