Posts

Showing posts from 2018

Surat Terbuka untuk Warga Ulumanda

Image
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera untuk seluruh keluarga besar komunitas Ulumanda di mana pun berada. Semoga tulisan ini menemui kita sekalian dalam kondisi sehat wal afiat, hati yang gembira dan lapang, syukur yang tak berhingga atas rezeki yang Allah turunkan apapun adanya. Semoga Allah selalu menjaga kita dalam iman dan Islam. Amin ya robbal alamin. Melalui tulisan ini, izinkan saya membagikan kabar bahagia atas terbentuknya Yayasan Ulumanda (YU). Sebuah wadah yang lahir dari gagasan bersama melihat kondisi Kecamatan Ulumanda, khususnya dari sektor pendidikan. Yayasan ini benar-benar dinantikan oleh kita semua sesuai keinginan bersama agar segera beroperasi karena diharapkan menjadi alat perubahan ke arah lebih baik di masa-masa mendatang. Saya percaya, betapa pengharapan besar itu lahir bersama YU agar anak-anak kita kelak dapat mengenyam pendidikan yang layak dan setara. Sungguh, saya tak bisa menceritakan, betapa banyak anak-anak di pelosok

Kuantar Pulang 8: Di Atas Ambulans

Image
"Saya liat dia menguning, penyakit kuning, dirujuk ke Makassar ya, agar dirawat lebih intens," kata dokter Rep padaku. "Kapan siap berangkat," lanjutnya bertanya padaku. Memang setiap keputusan dari pihak keluarga selalu aku yang memberi kepastian. Aku benar-benar menjadi penentu setiap langkah keluargaku. Mungkin karena aku satu-satunya yang menyandang gelar sarjana dari delapan bersaudara. Adikku dua orang masih berjuang di bangku kuliah, satu di SMA satu lagi jadi pemuda tangguh di ladang-sawah, hanya lulus SD. Sedang tiga kakakku menjalani rumah tangga, mereka hanya mampu finish di bangku sekolah menengah pertama. "Kami tidak keberatan, kapan saja dok," jawabku tegas saat itu, tak ada cita-cita kecuali Bapak segera sembuh. Hanya itu dalam benakku. Iya. Hanya itu yang kupirkan lalu membangkitkan ketegasanku berkata pada dokter ahli penyakit dalam itu. Aku berpikir lebih cepat lebih baik, seperti tagline Jusuf Kalla ketika menjadi capres. Aku be

Kuntar Pulang 7: "Bapak Pasti Sembuh"

Image
Ilustrasi (sumber: inet) Matahari cerah bertahta di atas kepala. Udara menyengat dan aroma aspal menyeruak ke hidung. Sedang orang-orang berjenis kelamin sama tampak berhamburan keluar masjid. Mereka memakai peci, sarung dan mengalungkan sejadah di leher. Pulang dari Jumatan. Bicara soal masjid, di kota ini memang tak sedikit ditemui. Wajar jika setiap masuk waktu sholat, ribuan toa dari ratusan menara bakal berdendang kalam Tuhan. Ayat-ayat suci hingga panggilanNya bakal menyeruak ke udara kota kecil ini. Kenyataan ini sekaligus menjadikan kota tua ini menjadi khas. Penduduknya juga dikenal taat, agamais. Tentang kota ini, ia punya sejarah cukup panjang. Di zamannya kota kecil ini menjadi pusat peradaban manusia Mandar. Tak salah jika pemerintah Hindia-Belanda menunjuk kota ini sebagai pusat pemerintah Afdeling. Tapi itu dahulu kala, toh tak banyak yang berubah dari kota ini. Wajahnya masih sama kendati kota lain di sekitarnya bebenah dengan solek yang lebih megah. Yang ini ma

Kuantar Pulang 6: Terima Kasih Dok

Image
Ilustrasi (foto:inet) Pukul 16:00, baru saja kusudahi salam ashar. Aku beranjak dari bermunajat pada Tuhan atas sehat yang diberi di atas buminya. Setidaknya itu yang kupikirkan sebelum mengambil wudhu dan mengangkat tangan takbiratul iqram. Sedianya, sore ini akan berangkat ke lapangan. Mengumpulkan puing-puing kata hingga padu jadi satu naskah berita. Tapi, entah mengapa malas menyandera seluruh jiwa ragaku. Pesta rakyat di sana pun tak kupedulikan, sesungguhnya lapangan itu tak jauh dari tempatku di kota. Kuhiraukan saja bahan liputan untuk itu. Aku memilih diam merenung di teras depan rumah kecil yang kukontrak lebih setahun ini. Mataku menatap ke depan, memandangi pohon-pohon mangga yang berjejer tak rapi. Kupandangi buah mangga itu yang tampak mulai menguning di atas sana, sedang daunnya rimbun menari-nari di atas seng rumah tetangga. Kulihat pula anak-anak mulai berdatangan bersiap mengaji, mereka meneduh di bawah pohon mangga sambil bermain. Dan seketika pula muncul sos

Artikel Wajib Uji Kompetensi Jurnalis AJI

Image
Nama: Harmegi Amin Media: masalembo.com Jenjang: Madya Diajukan sebagai syarat wajib UKJ AJI Makassar 2017 I. JURNALIS POLITIK DAN POLITIK JURNALISME, SEBUAH FENOMENA MASA KINI Kurang lebih tiga dekade aktivitas jurnalistik tanah air hidup di bawah bayang-bayang vandalisme dan otoritarian rezim orde baru. Kondisi ini membuat insan media sulit menemukan panggung ekspresi untuk menyalurkan hasrat kebebasan mengeluarkan pendapat, mengungkap fakta dan mengambil posisi penting dalam program edukasi lewat media. Usai rezim Orba jatuh, ternyata bukan hanya wajah birokrasi yang berubah, pun aktivitas jurnalisme telah menampakkan face baru. Kebabasan bermedia akhirnya lebih bermakna dengan terbukanya ruang yang relatif lebih "seksi" dan luas di era reformasi. Terbukanya keran baru pers reformasi ini kemudian membawa konsekuensi kebebasan pers masa kini, dimana kegiatan jurnalistik kian tumbuh subur. Begitu banyak orang kemudian turut mengelolah informasi seluas mungkin,

Kuantar Pulang 5: Air Bening di Ujung Mata

Image
Foto Ilustrasi (sumber: inet) Pagi buta bapak bangun dari tidur usai subuh nan dingin. Di balut rasa sakit ia tampak kuat, tak ada kesah yang telalu selayaknya orang sakit kebanyakan. Bahkan, ketika matahari mulai muncul bapak bangkit dari rasa sakit. Bukankah semalam ia menggigil menahan nyeri. Iya. Tapi pagi ini bak semuanya terlupakan, hilang bersama perginya sang fajar. "Saya mau ke sawah," kata bapak kala itu. Mata binar kakakku yang perempuan pun menatap nanar. Ia heran atas tingkah bapak yang di luar nalarnya. "Untuk apa, bapak kan sakit," tanya kakakku yang perempuan itu. "Tidak apa-apa. Saya hanya ingin melihat-lihat sawah," jawabnya. Tak bisa dihalau lagi bapak segera bangkit, mengambil baju, memasang celana panjang dan pakai topi sebagaimana lazimnya ketika ia hendak berladang, pergi ke kebun kopi, kebun kakao atau mencari rotan ke hutan. Selama 40 tahun lebih bapak memang hidup dengan terpaan kerasnya kehidupan. Menjadi pelad

Perempuan Pembelajar Dari Cirebon

Image
Kadek Trisnanty (Foto: Egi) Rambutnya lurus dengan mata agak sipit. Muka bulat dengan wajah kalem. Sedikit tampak lesung pipi mempercantik senyum gadis bernama lengkap Ida Ayu Kadek Trisnanty ini. Ia akrab dipanggil Kadek. Mendengar namanya pasti terlintas bahwa gadis ini berdarah Bali. Benar, tapi lahir dan besar di Kota Cirebon, Jawa Barat. Malam itu Kadek menjadi satu dari 15 relawan Kelas Inspirasi 4 Majene. Ia tergabung dalam Tim 10 SD Negeri 35 Coci. Datang jauh-jauh dari Jakarta untuk ikut Kelas Inspirasi di Majene. Memang, selama ini Kadek tinggal di Jakarta. Bekerja sebagai business analyst di sebuah perusahaan di ibu kota. Tapi yang pasti, malam ini bukan macet dan hiruk-pikuk Jakarta yang menantang Kadek seperti biasanya, melainkan lumpur, sungai dan gelap malam menuju dusun. Ke Coci kami pergi. Sebenarnya ini bukanlah situasi baru baginya, sebelumnya lulusan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia ini pernah menjelajah pegunungan Kecamatan Ulumanda, Majene

Malam Inspirasi dari Coci

Image
Relawan KI Tim SD Negeri 35 Coci menyebrang sungai (Foto: Egi amin) Sekira pukul 21:45 kami tiba di Dusun Coci. Hujan menemani separuh perjalanan hingga tubuh basah kedinginan. Tiba di sekolah, kami berjejer di pinggir teras depan pintu, membersihkan lumpur-lumpur dari kaki, tangan hingga ke tubuh dari air hujan yang mengalir melalui atap seng. Lalu masuk ke ruang kelas. Membentuk satuan terpisah laki-laki dan perempuan. Ketika itu hujan masih mengguyur sekeliling. Malam ini cukup menentang, sekitar 3 kilometer berjalan kaki. Menapaki jalan bebatuan dan lumpur lagi gelap. Menyebrangi sungai dengan lebar tak kurang dari 30 meter. Beruntung ada senter dari dua orang kawan. Lumayanlah untuk penerang. Selebihnya mengandalkan handphone dan naluri kebathinan atau mungkin ini yang disebut mata hati. Kami mendaki. Berjibaku dengan lumpur. Berjuang pasti. Tapi bukan hal yang cukup memberatkan bagi kami. Bukan relawan kalau mengeluh, kata seorang kawan sok kuat. Dan, inilah SD Negeri 15