Posts

Hikayat Ramadan di Relung Sepi Taukong

Image
Oleh: Egi Amin Dari episentrum Mandar di muara sungai Tinambung aku mulai menghitung jarak. 1,2, 3 ... dan 175 kilometer ke utara. Dari sanalah di kaki gunung Tandeallo suasana petang mulai menyebar ke seantero relung senja, menyapa mayapada yang diterpai angin sepoi basah. Aliran sungai Batupiring yang jernih itu masih setia. Suara gemericik air yang semakin jelas terdengar. Dan rintik hujan kecil yang turun membasahi bumi baru saja berlalu, mengundang segala bentuk kehidupan di sekitar untuk bergembira. Ramadan telah datang ! Di sebuah rumah panggung yang tak jauh dari aliran sungai itu, anak-anak kecil bersorak-sorai dengan gembira. Mereka sudah menunggu-nunggu momen istimewa ini sejak lama. Momen di mana bulan Ramadan datang dan semaraknya suasana. Aku sendiri hanya bisa menatap, mematung. Membayangkan sesosok wajah ibu dari jendela bilik. Ibu yang selalu ada di setiap momen Ramadan, memberikan semangat dan kebahagiaan bagi keluarga sederhana kami. Aku teringat dengan ayah. Yang pu

Puasa dan Kepekaan Sosial di Tengah Resesi Ekonomi

Image
Ilustrasi (net) Oleh: Harmegi Amin* Puasa adalah praktik agama yang melibatkan menahan diri dari makan dan minum selama periode waktu tertentu. Selain aspek spiritualnya, puasa juga memiliki manfaat sosial dan kesehatan yang penting. Di tengah resesi ekonomi saat ini, puasa dapat menjadi cara untuk membantu meningkatkan kepekaan sosial dan mempromosikan solidaritas di antara orang-orang yang terkena dampaknya. Maka dengan bulan puasa, diharapkan orang-orang yang lebih beruntung berkecukupan ekonomi kiranya dapat mengambil hikmah untuk berpartisipasi dalam kegiatan amal dan memberikan sumbangan kepada orang-orang yang membutuhkan.  Puasa diharapkan dapat membantu memperkuat relasi sosial, bukan hanya peningkatan spritualitas tansendental semata, tetapi bagaimana puasa dapat memperkuat jalinan sesama. Begitulah kiranya Tuhan menghadirkan Ramadhan sebagai alat pembebasan terutama kepada kaum mustadafin (fakir miskin dan anak-anak yatim). Manusia dapat berbagi makanan dan berpartisipasi da

Mengenal Ada' Tuho; History & Prediksi Masa Mendatang (I)

Image
Acara Passorong, salah satu ritual Sakka Pambojangang atau Pa'banne Tauang. [Dok: Harmegi Amin] Secara etimologi Ada' Tuho terdiri dari dua kata, yaitu ada' yang berarti adat (kebiasaan) dan tuho yang berarti hidup. Jadi sederhananya Ada' Tuho dapat diterjemahkan sebagai adat atau kebiasaan yang hidup atau kehidupan. Adat yang menghargai hidup dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kehidupan manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sangat berharga. History Ada' Tuho Sebelum bicara jauh tentang Ada' Tuho, terlebih dahulu akan kami singgung soal adat Kondosapata dan istilah Uhai Sappaleleang yang sangat akrab di kalangan masyarakat Ulu Salu, termasuk Ulumanda.  Kata uhai sappaleleang ini merujuk pada hukum Ada' Tuho. Uhai artinya air, sedangkan sappalelang adalah kata yang diadaptasi dari nipalele yang artinya dialirkan atau dibagikan. Oleh Bapak Saparuddin Daeng Padjala (adik kandung tomakaka Ulumanda Fachri Daeng Padjala) dikatakan bahwa uhai sappaleleang ada

Berikut adalah Nama-nama 18 Tomakaka di Ulumanda

Image
Jalan menuju kampung Seppong, tempat Daeng Malulung bermukim di sekitar abad VII (Foto: Egi Amin) TOMAKAKA adalah pemimpin adat suatu kelompok entitas sosial di tanah Mandar lama yang konon sudah ada sejak zaman prasejarah. Namun, beberapa daerah masih mempertahankan kelembagaan adat Tomakaka hingga saat ini. Salah satunya adalah Ulumanda, kelompok masyarakat yang berada di pegunungan hingga pesisir bagian utara-timur Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat. Menurut informasi para tokoh masyarakat di Ulumanda, bahwa Tomakaka adalah pemimpin suatu komunitas yang memiliki kebiasaan atau hukum sendiri, disebut Ada' Tuho. Ada' Tuho ini dibawah oleh Daeng Malulung dari Bumi Kondosapata, yang pada mulanya disebut Ada’ Mappuraondo atau Ada’ Simemanga. Daeng Malulung sendiri berasal dari Rattebulahan yang pergi ke Ulumanda dan mendiami sebuah hulu sungai di Seppong (sekarang Desa Ulumanda). Ia memiliki saudara yang keturunannya kelak menjadi pemimpin-pemimpin adat di bany

Ingin Kembali ke Rumah, Tapi Aku Bukan Anak Ayah Lagi

Image
Purnama menerang di jagat sepi kota ini. Sinar-sinar kemilau lampu mercury kota menyapa dedaun ketapang di bawah terang bulan. Di sudut sana, denting kecapi mengalunkan tembang sayang-sayang . Anak-anak Mandar tengah bersenandung kalindaqdaq . Oh ini sudah purnama yang ketujuh. Aku masih saja merengek-rengek meminta maaf ayah. Betapa kuketuk pintu hatinya tapi masih saja dia mengeras bak tembok-tembok di ujung jalan. Aku menatapi terang bulan itu yang sempurna. Di hadapanku terbentang teluk Mandar yang bersolek rupawan diterpai angin dan denting ombak yang menyeruak ke bibir pantai. Tapi aku di sini, sungguh terhina dan malu di muka purnama yang tersenyum padaku. Aku tak bisa apa dan hanya mampu menangis, meminta ampun dosa dan mengelus dada, meratapi nasib darah dagingku yang kelak akan menanggung malu. "Ini tanah beradat, keluargaku orang terhormat," tergiang-giang kata ayah di telingaku. Sudah tujuh bulan aku menikah dengan Haris, namun ibu dan ayahku enggan m

Cerita Rakyat: Legenda Terjadinya Danau Tamerimbi

Image
Ilustrsi (inet) KONON dahulu kala terdapat seorang pemuda yang gagah berani. Dia tinggal di sebuah kampung kecil di pinggir hutan belantara.  Orang-orang sekitar yang mengenal begitu takjub pada Sang Pemuda itu. Selain karena pandai berburu ia juga dikenal rajin berbakti kepada ibunya. Bahkan setiap hari si pemuda itu pergi ke ladang untuk membantu ibunya menanam padi.  Kala musim berladang tiba, si pemuda akan mulai membabat hutan, lalu membakarnya kemudian ditanami padi-padian. Pemuda itu terus berjuang keras menghidupi ibunya yang sudah tua. Ayahnya telah tiada. Sudah berpuluh tahun dia tinggal berdua dengan ibunya. "Semoga kamu selalu sehat ya nak, agar bisa membantu ibu," ujar ibunya suatu waktu. "Iya ibu, sudah janji saya untuk terus mengabdi pada ibu," kata pemuda itu menjawab. Mereka hidup berdua di pinggir kampung itu. Orang-orang sekitar mengenal si pemuda itu sebagai sosok yang taat pada orang tuanya. *** Suatu hari yang cerah, si pemuda pergi

Profil Jalan Poros Salutambung-Aralle Kecamatan Ulumanda

Image
JALAN Ulumanda adalah jalan strategis provinsi berdasarkan Perda Sulbar No. 1 Tahun 2014. Jalan ini membentang dari barat ke timur melintasi kaki pengunungan Quarles yang menghubungkan Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat. Titik nol/start jalan ini dari Desa Salutambung Kecamatan Ulumanda hingga ke Lembang Kecamatan Aralle dengan total panjang mencapai 58 kilometer (km). Dari panjang tersebut, terbagi 44 km di Kabupaten Majene dan 14 km di Kabupaten Mamasa. Jalan Ulumanda atau yang dikenal dengan poros Salutambung-Aralle ini memiliki arti penting sebagai infrastruktur penghubung antara daerah-daerah di kedua kabupaten tersebut, termasuk yang terisolasi. Tercatat setidaknya lima desa dan puluhan kampung terisolasi di sepanjang jalur ini, diantaranya Desa Kabiraan, Tandeallo, Panggalo, Popenga dan Ulumanda. Histori Pembangunan Jalan Ulumanda Di zaman Hindia-Belanda jalur ini mulai ditemukan dan menjadi jalur interaksi keluar-masuk warga 13 kampung kecil di daera