Posts

Showing posts from 2017

Kuantar Pulang 4: Mata Bapak yang Liar

Image
Foto: Beritalangitan.com Mata Bapak yang Liar Bapak duduk di kursi kayu. Matanya liar memandangi satu persatu isi rumah. Tak lama duduk, ia bangkit berdiri, berjalan mengitari seisi rumah panggung kami. Masuk kamar kami, lalu keluar, menuju ke semua sudut sambil matanya memperhatikan seksama barang-barang bekas dan benda dalam rumah. Bahkan, dua lemari kaca turut dibuka satu persatu. Entah apa maksudnya, bapak seolah memeriksa semua keadaan. "Ada apa," tanya kakakku yang perempuan. "Tidak, saya lama tidak memeriksa rumah dan barang-barang ini," kata bapak melempar pandangan ke arah tak menentu. Memang, akhir-akhir ini teramat sulit menatap mata bapak. Entah kenapa ia selalu berpaling dari tatapan orang. Hingga si kecil, anak kedua dari kakakku yang perempuan pun menjadi seolah sesuatu yang lain. Tak seperti biasa, Diba, nama anak kedua kakakku itu seperti biasa saja di mata bapak. Sungguh aneh, Diba yang lagi lucu-lucunya menjadi sosok yang seolah tak

Kisah Pengantin Meninggal di Jam Ijab Kabul

Image
SUNGGUMINASA - Nahas dialami La Ode Muhammad Khalid, Pria (20). Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) ini harus rela kehilangan calon isterinya, Rusmita Daeng Rannu (20) saat prosesi pernikahan akan dilangsungkan. Itha panggilan akrab almarhumah, menghembuskan nafas terakhirnya di jam ketika dia harus mendengar Muhammad Khalid sang pujaan hati seharusnya mengucap ijab kabul. Akibatnya, tenda yang didirikan sedianya untuk para tetamu undangan pernikahan, justru dipenuhi oleh pelayat yang mengucapkan belasungkawa. Paman Almarhumah Daeng Rala yang ditemui di rumah duka di Bonto Bado, Desa Kallemandale, Kecamatan Bajeng Barat menceritakan, satu minggu sebelum ijab kabul dilangsungkan, Itha jatuh sakit. Padahal selama ini, almarhumah tak mengidap penyakit apapun. Setelah tersentuh medis, almarhumah yang juga mahasiswa PNUP ini didiagnosa menderita tipes dan akhirnya meninggal, Rabu (8/11) "Sudah tiga hari memang dirawat di ICU sebelum akhirnya Almarhumah meninggal di jam s

Kuantar Pulang 3: Bapak Dalam Kenangan

Image
Foto: metrocebo.com Bapak Dalam Kenangan Suatu sore yang indah. Nuansa hening menyelimuti desa kami. Tak ada suara kecuali kicau burung yang seirama nyanyian angin. Kakakku yang perempuan duduk di beranda rumah panggung. Rumah kami ketika belum dirobohkan, atau lebih tepatnya direhab. Di depan terbentang gunung mengitari kampung. Pohon-pohon berjajar asri. Ada dedaun rumbiah menari-nari tak jauh dari atap rumah tetangga. Yang ketika pagi aku biasanya duduk menatapi dedaun itu. Karena konon, menatap dedaun hijau akan menjernihkan mata, lantas itulah jarang kulewatkan pagi duduk di teras jika aku sedang di desa. Sore ini aku tak di situ, melainkan di kota, kakakkulah yang duduk di situ, di sebuah kursi kayu nan tua. Seingatku kursi itu buatan bapak dikala aku masih SD. Dan tiba-tiba mata kakakku melotot kaget, seorang pria tua muncul di hadapannya mendadak. Ya, bapak. Tak disangka dia datang jauh dari kota. Ia muncul dengan baju kemejanya, celana kain berwarna hitam dan topi yan

Menyambangi Warga Ulumanda di Balikpapan

Image
Sore itu sekitar pukul 15.00 WITA, mentari masih terasa menyengat ketika kami turun dari sebuah mobil honda jaz milik warga Tenggarong Kutai Kartanegara. Tepat di sebuah rumah mugil di atas bukit, kami bertiga turun dari mobil itu. Sang Sopir lalu berkata, bahwa ia hendak melanjutkan perjalanannya untuk kembali ke Kutai Kartanegara. Kami pun mengucap terima kasih telah bersedia mengantar hingga ke Balikpapan. Oh ya, honda jaz itu kami rental (carter) kurang lebih 4 jam perjalanan Tenggarong-Balikpapan. Sewanya lumayan Rp. 500 ribu. 😆 Perjalanan kami dari Tenggarong ini adalah dalam rangka mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di Bumi Etam Kutar. Saat mobil melaju turun dari bukit hendak meninggalkan KM 5 dan tentunya meninggalkan kami, seorang pria muda yang sedari tadi menjemput kami hingga ke jalan poros turun dari motor. Ia membuka pagar. "Ayo, silahkan masuk," kata pria itu. Saya dan lelaki itu tentu tak saling canggung. Dalam bahasa daerah pa'nei (bahas

Kuantar Pulang 2: Ke Bukit Itu Kami Pergi

Image
Foto via Solopos.com Ke Bukit Itu Kami Pergi Malam itu aku tak bisa tidur. Hatiku gelisah, pikiran melayang jauh menjumpai kenangan masa kecilku. Aku memilikirkan banyak hal tentang bapak. Dulu ia lelaki perkasa, ulet dan tak pernah sakit. Kuasa Tuhan, kini wajah bapak berubah tampak lesuh. Kulitnya mulai keriput dan sakit-sakitan. Tapi ia masih tampak muda, umurnya memang baru sekitar 58 tahun. Oh ya, tiga bulan lalu, tepatnya bulan puasa, aku mengantar bapak ke sebuah klinik. Usai dironseng dan terima resep dokter, kami balik ke rumah kontrakan. Berkat minum obat rasa sakit di perut bapak kini mulai berkurang. Dokter menjelaskan bahwa kondisinya baik-baik saja. Pun ketika kuantar cek di rumah sakit dua pekan kemudian, bapak dalam kondisi sehat. "Fungsi hati dan ginjal baik," kata dokter yang memeriksanya. Aku pun membiarkan bapak pulang ke desa. "Saya ingin pulang dulu, sebab rumah kita mau diperbaiki," kata bapak padaku suatu malam. Awalnya aku mel

Kenalkan Namaku Dwi Ani

Image
Namaku Dewi Ani, biasa dipanggil Dewi. Sejak kecil aku selalu hidup mandiri tanpa kasih sayang kedua orang tua selayaknya teman sebaya. Dalam keseharian jarang kujumpai ayah dan ibu, mereka sibuk dengan rutinitas masing-masing tanpa menghiraukan aku. Padahal, usiaku saat itu masih terlalu dini bila harus segalanya hidup mandiri tanpa peduli mereka. Suatu hari saat bulan puasa tiba,  sekolah mengadakan pesantren kilat dan acara buka bersama. Setiap teman sekolah yang kulihat, mereka sanggup ceria kembangkan senyum indahnya, sedang aku tidak. Aku tidak bernasib seperti teman lain, yang dipersiapkan bekal lengkap untuk berbuka, baju rapih dengan kerudung indah distrika.Saat ceramah agama dimulai, aku mendengarkan dengan seksama.Sesekali aku ikut tersenyum mendengar cerita lucu guru, namun saat guru bercerita tentang keluarga yang harmonis justru aku sedih, sebab apa yang aku rasakan sungguh jauh berbeda. Ayahku sering pergi dan jarang di rumah, sedang ibu berangkat subuh dan pulang

Gender; Emansipasi yang Mengerti Kodrat Manusia

Image
GENDER? Apa sih gender itu? banyak yang kita mungkin belum mengerti benar ataupun malah nggak tahu apa itu gender. Bahkan ada yang salah kaprah menganggap gender itu makhluk yang tidak perlu ada karena banyak merugikan pihak tertentu. Gender itu berasal dari bahasa latin “GENUS” yang berarti jenis atau tipe. Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Kalau begitu antara gender dengan seks sama dong? Pertanyaan itu sering muncul dari pengertian kata asli dari genus atau gender itu sendiri. Hikayat Pembagian Peran Menurut Ilmu Sosiologi dan Antropologi, Gender itu sendiri adalah perilaku atau pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang sudah dikonstruksikan atau dibentuk di masyarakat tertentu dan pada masa waktu tertentu pula. Gender ditentukan oleh sosial dan budaya setempat sedangkan seks adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan oleh Tuhan.Misalnya laki-laki mempunyai penis, memprod

Ini Rahasia Sukses Tim Voli Ulumanda Sabet Piala Bupati

Image
MAJENE -- Setelah bertanding cukup alot melawan tim tangguh asal kota Kabupaten Majene, akhirnya Tim Voli Putra Kecamatan Ulumanda sukses menyabet juara Bupati Majene Cup 2017. Sebelumnya, pasukan Ulman berhasil menyingkirkan dua klub raksasa, yakni Unsulbar di perempat final dan Dirgantara Tammero'do Sendana di semi final. Pertemuan di grand final melawan club legendaris Melati 45 Pangali Ali ini, cukup menyita perhatian publik Majene. Tak ayal, ribuan penonton pun memadati arena pertandingan di Markas Kepolisian Resort (Mapolres) Majene, Selasa (31/11) pekan lalu. Meski di sesi awal pertandingan, performa Mariadi Cs sempat meragukan. Namun di sesi kedua pasukan Tim Ulumanda berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Pada sesi ketiga, Ulumanda kembali unggul, lalu ditutup di sesi kelima sekaligus membungkam publik Melati 45 atas kemenangan Ulumanda dengan skor 3-2. Pertandingan yang berlangsung 5 sesi ini sekaligus menjadi pengalaman berharga bagi para pemain Ulumanda.

Aku Mencintaimu, Kekasih

Image
Kekasih Aku mencintaimu Seperti matahari yang terbit di ufuk timur lalu sirna di langit barat Tak pernah berhenti dari jutaan abad silam kala semesta raya digelar sang khalik Selalu dan akan tetap ada selama dunia belum kiamat walau terkadang mendung menyembunyikannya meski hujan kerap menghadangnya Kekasih Aku menyukaimu Semisal hujan yang merelai tubuhnya jatuh dari langit Lalu menyiram pucuk dan daun daun bunga Hingga mawar melati merekah, tercipta panorama merasuk sukma Kupu kupu pun tersenyum lepas Terbang bebas menghisap sari kelopak putik Kekasih Aku menyayangimu Seumpama lilin yang membiarkan jasadnya leleh lalu lenyap Tetap tabah membakar nyala Meski ia tahu bahwa cahayanya sebentar lagi sirna Tanda tak sudi jika gulita menyembunyikan segala apa apa Termasuk sosok yang dibanggakannya Kekasih Sungguh aku menyayangimu Seamsal konsonan kepada huruf vocal yang menjadikannya kata Lalu tersusun menjadi puisi dan sajak Kemudian dibacakan dengan lantang

Foto: Dokumen Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) AJI Indonesia

Image
Terima Sertifikat UKJ dari penguji AJI Indonesia Peserta dan penguji UKJ AJI Indonesia Makassar Mengikuti ujian dari AJI Indonesia. Foto dengan Bang Upi Asmaradhana usai UKJ Makassar

NOL SKUADRON: Surat dari Kota Hujan

Image
Aku belum pernah melukisnya Malam tadi dan pagi ini baru mulai Cermin lintas antara Bogor dan Majene Persahabatan untuk perubahan waktu Titik nol dalam degup perjalanan Sesaat setelah Ayahnya tiada Perjuangan itu masih dia teruskan Sejuta mimpi untuk diwujudkan Di tangannya semua berharap Bersandar letih selepas berjibaku pena juga kamera Sang jurnalis rupawan membelah malam Hujan yang membuatku sedikit terpejam Menuruni anak-anak tangga stasiun kereta kota hujan Aku mengingatmu hanya dengan membayangkan wajahmu terbentuk dari tetes tetes embun pagi Berkirim doa tulus agar dia kuat Sesaat setelah perahu keluarga tak bernakhoda Pelayaran itu kini dikemudikan olehnya Membawa penumpang yang tak sedikit Taukong tidak bermuram durja Titik nol dalam buku Agustinus Pria itu sahabatku dalam detak pelangi setelah hujan. Selamat bertugas kanda! Bogor, 3 Oktober 2017 (Erna Winarsih Wiyono) Foto via Republika

Kuantar Pulang 1

Image
Kuantar Pulang Hujan baru saja redah, suasana terasa dingin, basah seisi bumi di kampung kami. Mulutku masih melafadzkan kalimat tauhid Lailaha Illallah, beberapa orang turut membaca kalimat itu. Ada hening sejenak, lalu terdengar isak tangis memecah kesunyian. Orang-orang yang hadir tampak histeris. Semua mata sembab, bahkan beberapa wanita nyaris tak sadarkan diri. Innalillahi wainna ilaihi radjiun. Sesunggukan orang menangis, tak ada yang dapat menahan gejolak hati yang perih. Tatapanku kini fokus pada sesosok wajah kaku di hadapanku. Hatiku tersayat, tetapi sadar kehidupan memang ibarat dua sisi mata uang yang selalu bersinggungan. Ada kelahiran dan ada kematian, ada tangis dan ada tawa, bahagia dan duka. Dan bahwa kepergian orang-orang terkasih akan selalu menghadirkan duka dan penyesalan di hati orang yang ditinggalkan. Betapapun kita menolaknya, takkan pernah lari dari kematian. Aku memeluk erat bapakku. Hati ini rapuh saat tak lagi merasakan balas pelukan cinta dari